“Syukur yang Terlupa”

Syukur yang terlupa

Pengguna jalan yang melewati perempatan jakal pasti pernah melihat bocah kecil yang menjual koran, tatap matanya selalu tak bersahabat, hanya datar menawarkan korannya. Pagi ini, Sabtu, 09.00 WIB aku melihat dia bersama laki2 dan perempuan serta perempuan yang tampak lebih kecil darinya, dan aku hanya berasumsi ini sebuah keluarga, sebuah keluarga yang mencoba mencari rezki yang Allah tebarkan dengan menjajakan koran. Satu sisi aku merasa bersyukur, Allah berikan aku kesempatan untuk tidak menghabiskan masa kecilku dijalanan, bayangan masa kecilku melintas dengan keceriaan berlarian dilapangan kosong, menjelajah persawahan yang luas, main gundu, tali merdeka, umpet2 an di pekarangan rumah dan bersekolah dengan baik. Syukurku sedalamnya bahwa Allah berikan kesempatan yang indah, tapi bagaimana dengan adik2 kecil ini, bukan usianya untuk mencari uang dalam pekerjaan yang seperti ini pula, tapi kehidupan menuntut mereka harus seperti ini, entah karena hanya ini pilihan yang mereka bisa lakukan atau tidak , lagi-lagi ini hanya sebuah asumsi.
Ada yang berbeda dari yang kurasakan, ada yang menyentuh hatiku, semangatku yang sebelumnya entah dimana karena rutinitas yang membuat jenuh harus segera ku obati. Rasa bersalah hinggap karena keluh kesah ku yang tak harusnya aku lontarkan, karena di lain sisi bagaimana dengan dia, dia pasti juga tak suka dengan apa yang diterimanya, namun lagi2 ini hanya sebuah asumsi.
Alasan mengapa kamu yang diberi kesempatan lebih bahkan bisa menuntut ilmu ke perguruan tinggi benar-benar harus diluruskan. Benar adanya bukan tanggungjawab kita atas nasib yang menimpa mereka, tapi percayalah bahwa Allah menitipkan rezeki mereka kepadamu, inilah alasan mengapa dalam Islam dianjurkan untuk berbagi. Niatkan lah sukses untuk menyukseskan orang lain, Insyaallah kesuksesan mu juga akan lebih mudah untuk digapai, read more

Read more
X