Review : Short story of Maryam

Maryam lahir dari keluarga yang dimuliakan oleh Allah, yaitu keluarga Imran, Maryam binti Imran. Sejak masih di dalam kandungan, ibunya telah bernazar untuk mengorbankan anak di dalam kandungannya kepada Allah dengan berdoa bahwa anak yang dikandungnya adalah laki-laki karena anak yang telah dikorbankan akan mengabdi di masjid (Baitul Maqdis) dan mendapatkan pembinaan disiplin serta penempaan fisik yang sangat berat, sehingga anak perempuan tidak dapat dikorbankan. “Tegesa-gesa” begitulah kata Imran kepada istrinya, bagaimana bila yang lahir adalah bayi perempuan dan bukan laki-laki. Qodarullah, benar kata Imran, Allah berkehendak lain, bayi yang lahir adalah bayi perempuan yang kemudian diberi nama Maryam, wanita terpilih yang dirahmati Allah. read more

Read more
Review : Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk!

Ya begitulah keadaan mayoritas umat muslim zaman sekarang, ketika waktunya ibadah ia bilang sibuk, banyak tugas, banyak laprak, kata “nanti” selalu menjadi jurus andalan, sangat sering menunda kebaikan. Lain lagi ketika diberi tanggung jawab dilain tempat, jadi panitia kegiatan misalnya, diberi tugas oleh ketua langsung tancap gas, diberikan deadline oleh dosen juga langsung dikerjakan. Ada yang salah, mengapa ketika dengan manusia kita selalu fast respon, tetapi ketika dengan Allah kita sangat slow respon? Bukankah Allah yang Maha Mengatur dan Menciptakan, bukankah Allah adalah atasan dari ketua panitia dan dosen kita? Lantas mengapa kita sering menunda-nunda untuk menghadap-Nya? Padahal kita tahu bahwa kita memiliki batasan usia, kematian menjadi hal yang pasti, belum tentu esok masih bernapas lagi, tetapi mengapa dengan tenang dan bodohnya kita melakukan aktivitas dunia dengan menunda-nunda kebaikan. Ibnu Athaillah berkata, “Menunda beramal saleh guna menantikan kesempatan yang lebih luang termasuk tanda kebodohan diri.” Ketika banyak laprak atau event kita sering bilang “nanti” “5 menit lagi” “sek tanggung, nunggu iki rampung” “besok kalau selo aku bakal blablabla.” Terlalu sering kita mengkambing hitamkan laprak atau kesibukan lain sebagai alasan diri kita futur, sering lalai, tak pernah mengerjakan sunnah. Oke, lantas ketika kita telah diberi waktu luang selapang-lapangnya, ketika liburan misalnya, justru waktu luang kita yang dulu katanya hendak digunakan untuk ibadah malah kita gunakan untuk mengerjakan aktivitas sia-sia seperti nonton film, nonton drakor, rebahan, ngegame, nongkrong hingga shalat dhuhapun terlewat, tahajud pun tak kuat karena mata yang terlalu berat, shalat jamaah pun tak sempat, baca Al-Qur’an pun terasa berat. Lantas kapan lagi kau akan beribadah? Di waktu sibuk tak sempat, di waktu luang malah terbuang. Ya Allah, padahal kami mengharapkan surga, tapi kelakuan kami tak pantas menjadi sebab untuk dimasukkannya kami ke dalam surga. Kita begitu takut ketika diancam ke neraka, tetapi kelakuan kita seolah-olah sedang memohon untuk dimasukkan ke neraka secepatnya. read more

Read more
X