“Syukur yang Terlupa”

Syukur yang terlupa

Pengguna jalan yang melewati perempatan jakal pasti pernah melihat bocah kecil yang menjual koran, tatap matanya selalu tak bersahabat, hanya datar menawarkan korannya. Pagi ini, Sabtu, 09.00 WIB aku melihat dia bersama laki2 dan perempuan serta perempuan yang tampak lebih kecil darinya, dan aku hanya berasumsi ini sebuah keluarga, sebuah keluarga yang mencoba mencari rezki yang Allah tebarkan dengan menjajakan koran. Satu sisi aku merasa bersyukur, Allah berikan aku kesempatan untuk tidak menghabiskan masa kecilku dijalanan, bayangan masa kecilku melintas dengan keceriaan berlarian dilapangan kosong, menjelajah persawahan yang luas, main gundu, tali merdeka, umpet2 an di pekarangan rumah dan bersekolah dengan baik. Syukurku sedalamnya bahwa Allah berikan kesempatan yang indah, tapi bagaimana dengan adik2 kecil ini, bukan usianya untuk mencari uang dalam pekerjaan yang seperti ini pula, tapi kehidupan menuntut mereka harus seperti ini, entah karena hanya ini pilihan yang mereka bisa lakukan atau tidak , lagi-lagi ini hanya sebuah asumsi.
Ada yang berbeda dari yang kurasakan, ada yang menyentuh hatiku, semangatku yang sebelumnya entah dimana karena rutinitas yang membuat jenuh harus segera ku obati. Rasa bersalah hinggap karena keluh kesah ku yang tak harusnya aku lontarkan, karena di lain sisi bagaimana dengan dia, dia pasti juga tak suka dengan apa yang diterimanya, namun lagi2 ini hanya sebuah asumsi.
Alasan mengapa kamu yang diberi kesempatan lebih bahkan bisa menuntut ilmu ke perguruan tinggi benar-benar harus diluruskan. Benar adanya bukan tanggungjawab kita atas nasib yang menimpa mereka, tapi percayalah bahwa Allah menitipkan rezeki mereka kepadamu, inilah alasan mengapa dalam Islam dianjurkan untuk berbagi. Niatkan lah sukses untuk menyukseskan orang lain, Insyaallah kesuksesan mu juga akan lebih mudah untuk digapai, read more

Read more
Nasihat Yusuf Qardhawi tentang Menjadi Ahli di Bidang yang ditekuni
disiplin

Saya pernah melihat para remaja yang tekun belajar pada kuliah kedokteran di perguruan tinggi, fakultas teknik, fakultas pertanian, fakultas sastra, atau fakultas-fakultas ilmu-ilmu umum yang lainnya. Mereka berjaya dan memiliki prestasi yang gemilang, akan tetapi tidak lama kemudian mereka meninggalkan bangku fakultas-fakultas tersebut, dan merasa tidak saying untuk meninggalkannya; dengan alasan untuk ikut serta melakukan da’wah dan tabligh; padahal spesialisasi yang mereka jalani termasuk ilmu-ilmu fardhu kifayah, di mana umat akan menderita bila tidak ada seorangpun di antara mereka yang memiliki keahlian pada bidang-bidang tersebut. Di samping itu, mereka juga dapat menjadikan amal perbuatan dalam bidang kehidupannya sebagai ibadah dan perjuangan apabila mereka melakukannya sebaik mungkin dan disertai dengan niat yang baik, serta mengikuti batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

padahal spesialisasi yang mereka jalani termasuk ilmu-ilmu fardhu kifayah, di mana umat akan menderita bila tidak ada seorangpun di antara mereka yang memiliki keahlian pada bidang-bidang tersebut. Di samping itu, mereka juga dapat menjadikan amal perbuatan dalam bidang kehidupannya sebagai ibadah dan perjuangan apabila mereka melakukannya sebaik mungkin dan disertai dengan niat yang baik, serta mengikuti batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Jika setiap muslim meninggalkan profesi mereka, lalu siapa lagi yang hendak melakukan perbuatan yang membawa kemaslahatan untuk kaum Muslimin? Sesungguhnya Rasulullah saw dan para sahabatnya melakukan pekerjaan dalam pelbagai bidang. Rasulullah saw tidak pernah meminta salah seorang di antara sahabatnya untuk meninggalkan profesinya agar dia dapat ikut serta dalam berda’wah. Hal ini dilakukan oleh beliau agar setiap orang tetap berada pada profesinya masing-masing, baik sebelum atau sesudah hijrah. Orang-orang yang meninggalkan profesi mereka itu apabila diajak untuk melakukan peperangan di jalan Allah, mereka melarikan diri dan merasa berat sekali melangkahkan kakinya untuk berjuang membela agama Allah SWT dengan harta benda dan jiwa mereka.

Dikutip dari:
Fiqh Prioritas karya Dr. Yusuf Qardhawi read more

Read more
Kader : sebuah tulang punggung
kader

Kader : sebuah tulang punggung

Berbagai analogi tentang organisasi kerap diutarakan oleh para ahli. Organisasi bisa diibaratkan tubuh manusia, yang terdiri atas berbagai organ tubuh dan juga alat gerak, ada juga yang mengibaratkan sebagai rumah, yang tersusun atas pondasi, tiang dan penutup bangunan, ada lagi yang mengibaratkan struktur organisasi sebagai sebuah gerak sepeda, yang tersusun atas berbagai onderdil yang silang menyilang saling terkait. Bermacam macam. Tapi sebagaimana makna umum yang kita kenal, organisasi tetaplah sekumpulan manusia yang memiliki kesamaan tujuan  ataupun misi, punya kesepakatan sistem dan regulasi yang ditaati, pembagian kerja yang tertata dan masing masing mematuhi, serta ada yang menginfakkan dirinya menjadi penanggungjawab atau kita kenal sebagai ketua atau pemimpin tertinggi organisasi, dan para anggota yang siap bersama sama bekerja mengiringi. read more

Read more
Relakah Ibu itu Melemparkan Anaknya ke Dalam Kobaran Api?

Oleh Andi Abdul Manaf (Mahasiswa Fakultas Geografi UGM 2010)

Orangtua, terlebih seorang ibu, adalah orang yang paling menyayangi dan mengasihi kita. Semenjak kita berada dalam perutnya, hingga kita dewasa, kasih sayangnya tidak pernah berkurang. Ia dengan tulus tanpa pamrih, memenuhi segala kebutuhan kita, bahkan kalau perlu mengorbankan jiwanya. Di saat senang atau susah, ia senantiasa setia berada di samping kita, memberikan kasih sayangnya. Begitu besarnya kasih sayang seorang ibu, sampai-sampai kita menganggap tidak ada yang melebihi kasih sayangnya. Padahal, kita tahu dan yakin bahwa ada Dzat yang kasih sayangnya jauh lebih besar dibanding ornagtua kita. Dan harus kita akui, kita sering lupa akan hal ini. read more

Read more
X