#doa

 

Pahlawan merupakan sosok yang memiliki jasa besar bagi kepentingan masyarakat luas. Pemahaman pahlawan tidak hanya menyempit pada sosok yang berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan tetapi pemahaman pahlawan juga berhubungan dengan sosok yang berjasa dalam menyebarkan ilmu Islam terutama peran para ulama Islam pada masa lalu. Ulama Islam merupakan sosok yang berjasa dalam penyebaran agama Islam yang hasil nya masih dapat dirasakan pada masa sekarang, misalnya berbagai kitab yang telah ditulis.

Dalam sebuah hadits yang shahih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا”

“Sesungguhnya Allah akan mengutus (menghadirkan) bagi umat ini (umat Islam) orang yang akan memperbaharui (urusan) agama mereka pada setiap akhir seratus tahun”[1].

Arti “memperbaharui (urusan) agama” adalah menghidupkan kembali dan menyerukan pengamalan ajaran Islam yang bersumber dari petunjuk al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggalkan manusia, yaitu dengan menyebarkan ilmu yang benar, mengajak manusia kepada tauhid dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta memperingatkan mereka untuk menjauhi perbuatan syirik dan bid’ah[2].

Contoh ulama Islam yang berjasa dalam perkembangan Ilmu Islam adalah Imam asy-Syafi’i, Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin bin al-‘Abbas bin ‘Utsman al-Muththalibi al-Qurasyi al-Makki. Beliau adalah imam besar dari kalangan atba’ut tabi’in (murid para tabi’in), pembela sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ahli fikih yang ternama, penghafal hadits yang utama dan terpercaya. Lahir pada tahun 150 H dan wafat pada tahun 204 H, nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam [11].

Seorang pemuda Islam bangsa Indonesia harus senantiasa meneladani sosok ulama besar Islam yang memiliki jasa besar terutama dalam hal dakwah. Salah satu cara yang mampu diterapkan sebagai sosok pemuda Islam pada masa sekarang adalah melanjutkan perjuangan dakwah serta menyebarluaskan kebaikan kepada setiap elemen masyarakat. Selain itu, sebagai pemuda Islam kita harus senantiasa menebar kebermanfaatan meskipun dalam hal-hal kecil minimal di tingkat keluarga dan lingkungan sekitar serta bangsa Indonesia secara umum.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ … وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ»

“Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …”[4].

Hadits yang agung ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Islam terhadap hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi seorang pemuda muslim sekaligus menjelaskan keutamaan besar bagi seorang pemuda yang memiliki sifat yang disebutkan dalam hadits ini. Syaikh Salim al-Hilali berkata: “(Hadits ini menunjukkan) keutamaan pemuda yang tumbuh dalam dalam ketaatan kepada Allah, sehingga dia selalu menjauhi perbuatan maksiat dan keburukan”[5].

Amalan lain yang sederhana dapat diimplementasikan sebagai upaya melanjutkan jasa pahlawan Islam misalnya dengan melaksanakan sunnah-sunnah yang diperintahkan Rasulullah SAW. Sikap tangguh dan tidak mudah putus asa harus dimiliki oleh setiap pemuda karena masa muda merupakan masa emas dalam membuat sebuah peradaban baru yang gemilang dalam karir maupun agama. Sehingga sosok pemuda yang tangguh dan menginspirasi mampu menjadi tonggak perjuangan perkembangan khususnya perkembangan bangsa Indonesia.

 

Sumber :

HR Abu Dawud (no. 4291), al-Hakim (no. 8592), dan ath-Thabarani dalam “al-Mu’jamul ausath” (no. 6527), Dinyatakan shahih oleh imam al-Hakim, al-‘Iraqi, Ibnu Hajar (dinukil dalam kitab “’Aunul Ma’buud” 11/267) dan syaikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaaditsish shahihah” (no. 599).

[4] HSR al-Bukhari (no. 1357) dan Muslim (no. 1031).

[5] Kitab “Bahjatun naazhiriin” (1/445).

{11} Lihat kitab “Tahdziibul kamaal” (24/355), “siyaru a’laamin nubalaa’” (10/5) dan “Tadzkirotul huffazh (1/361).

Leave a comment

Your email address will not be published.

X